Translate

Kamis, 19 Februari 2009

KONSTRIBUSI GURU SAINS IDEAL DALAM UPAYA PENYELAMATAN BUMI

Detik-detik sekarang ini dikenal dengan masa runtuhnya berbagai wacana besar. Modernisme telah menyeret manusia hengkang dari rasa kemanusiaan. Akibatnya adalah berbagai ancaman, yaitu nuklir, AIDS atau kerusakan sistem sosial yang terus berkembang kepada kekacauan sistem. Dan manusia telah membuktikan keberhasilannya menjadi penguasa jaman. Saat ini terus mengalami goncangan hebat dan mengakibatkan efek samping yang mengerikan hingga terjadinya kerusakan lingkungan.

Di tangan Einstein melalui teori relatifitasnya, menjelma sebagai bentuk ideologi besar modernisme. Alam di dalam tafsir ala Descartes merupakan sebuah alam yang ‘lansung jadi’ dan tidak memiliki perubahan. Sistemnya tetap,begitu juga elemen pembentuk alam.

Setelah konsepsi Descartes mempengaruhi segala macam kehidupan, termasuk tatanan sosial di tengan Bacon dan Comte, kemudian alam fikiran modern mengenal seorang Lamarck dan Darwin dengan teori evolusinya di bidang Biologi . Walaupun keduanya sejatinya berbeda dalam memaknai proses evolusi, namun konsep evolusi ini merupakan sebuah revisi terhadap konsep ala Descartes yang menganggap alam sebagai sebuah sistem yang tetap. Ternyata ide Darwin ini kemudian mendapat dukungan dari generasai berikutnya, yang kemudian abad modern mengenal Karl Marx yang dikenal sebagai seorang Darwinian Sosial yang menganggap bahwa preses pergantian sosialpun memerlukan seleksi alam, bahkan dihalalkan adanya konflik untuk keluar sebagai pemenang dalam proses seleksi alam.

Melihat proses kelahiran modernisme di atas, bisa dikatakan peran Sains ( atau lebih tepatnya Natural Science) dalam menentukan arah peradaban cukup besar. Dimana para Saintis yang memiliki kompetensi filosofis tersebut ternyata terbukti bisa menggiring sejarah ummat manusia. Begitu juga peran teknologi, dimana ketika Sains memiliki peran besar dalam proses pembentukan wacana besar yang menjadi fondasi ‘kebenaran’, teknologi sebagai bentuk aplikasi Sains memiliki peran besar dalam realitas sosial. Pendek kata, Sains bisa bermain di ‘langit’ dan teknologi bisa bermain di ‘bumi’.(Arifnur :2007).

Menurut Fritjof Capra penentu arah peradaban sebagai berikut:
Budaya runtuh karena kehilangan fleksibilitas. Pada waktu struktur sosial dan pola perilaku telah menjadi kaku sedangkan masyarakat tidak lagi mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah, peradaban itu tidak akan mampu melanjutkan proses kreatif evolusi budayanya. Dia akan hancur dan secara berangsur mengalami disintegrasi.

 Dari permasalahan diatas terbukti, pengaruh dominan sainstis dan teknologi ternyata masih sangat dominan untuk menentukan masa depan ummat manusia.Lalu seberapa besar konstribusi seorang guru sains ideal dalam permasalan tersebut?
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena kelahiran ilmu yang tidak lepas dari peranan filsafat. Sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Filsafat telah berhasil mengubah pola pemikiran umat manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Perubahan pola pikir tersebut membawa implikasi yang tidak kecil. Alam dengan segala gejalanya, yang selama ini ditakuti kemudian didekati dan bahkan dieksploitasi. Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan teori ilmiah yang menjelaskan perubahan yang terjadi, baik dialam jagad raya (makrokosmos) maupun alam manusia (mikrokosmos).

Pada perkembangan selanjutnya ilmu terbagi dalam beberapa disiplin, yang membutuhkan pendekatan, subyek, tujuan dan ukuran yang berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya. Pada pergilirannya, cabang ilmu semakin subur dengan segala variasinya, namun ilmu yang terspesialisasi itu semakin menambah sekat-sekat antara satu dengan yang lainnya. Tidak hanya sekedar sekat antar disiplin dan arogansi ilmu, tetapi yang terjadi adalah terpisahnya ilmuitu dengan nilai luhur ilmu, yaitu untuk menyejahterakan umat manusia. Bahkan tidak mustahil terjadi ilmu menjadi bencana bagi kehidupan umat manusia, seperti pemanasan global dan dehumanisasi.(Dr.Amsal Bakhtiar).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa satu sisi ilmu berkembang dengan pesat, disisi lain timbul kekhawatiran yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu itu karena tidak seorang pun atau lembaga mana pun yang memiliki otoritas untuk menghambat implikasi negatif dari ilmu. Kemajuan yang dicapai eropa di bidang industri dan ilmu pengetahuan sejak renaisance, menghantarkan masyarakat untuk lebih jauh menolak kekuasaan agama secara total yang mengakibatkan pula kekaguman yang berlebihan kepada otoritas sains yang terlepas dari nilai-nilai spiritual keagamaan, dan yang pada akhirnya mencapai puncaknya pada peristiwa pemboman Hiroshima dan Nagasaki pada waktu perang Dunia II ( Suryaningsih ).

Di Indonesia sendiri pada waktu terakhir ini menunjukkan kejanggalan pada fenomena-fenomena alam dimana ilmu pengetahuan manusia belum mampu untuk menganalisa apalagi mengupas bahkan membedahnya. Diantaranya adalah, keluarnya lumpur panas yang entah sampai kapan akan terhenti dan apa yang akan terjadi selanjutnya jika terhenti, tenggelamnya kapal dan hilangnya pesawat yang tanpa meninggalkan bekas apapun bahkan secuil tulang dari ratusan penumpang yang dibawanya, gelombang tsunami yang datang seketika tanpa terdeteksi dan meluluh lantakkan bumi serambi mekah dan sekitarnya . 

Di lain sisi implementasi dari ilmu-ilmu sains teknologi yang sadis dan terkadang jauh dari norma pun terjadi, penangkapan hiu yang hanya disayat siripnya kemudian dilepaskan lagi, eksploitasi hutan dengan kalap mata , adu binatang dengan membuat pesakitan agar melakukan yang dimaui manusia, pembangunan tanpa batas yang akhirnya menutup daerah-daerah resapan air, dan masih banyak lagi. Akibatnya adalah berbagai bencana menimpa. Longsor yang mengubur segalanya, banjir yang merendam manusia tanpa mengenal batas usia, parahnya lagi hilangnya beberapa spesies yang hanya tinggal cerita.

Realita di atas adalah tantangan bagi seorang guru sains ideal dalam mentransfer ilmu-ilmu sains. Hendaknya dibarengi dengan penanaman akhlak dan moral dalam pentransferan ilmu tersebut. Kurangi kekaguman yang berlebihan pada siswa akan dahsyatnya produk-produk sains dan teknologi yang mana akan menimbulkan ambisi dan keserakahan pada jiwa mereka. Tunjukkan akibat atau sisi negatif yang timbul jika penerapannya tanpa norma, dan kebijakan yang dilandasi religi. Tanamkan pada jiwa mereka bahwa ilmu dunia hanyalah sebagai pembuktian akan keEsaan dan keMaha Kuasaan Tuhan. Dengan harapan mereka kelak dalam penerapannya masih memperhitungkan kaidah norma, peduli dengan sesama, mencintai alam dengan sepenuhnya sebagai bukti kehambaan seorang insan kepada Sang Maha Pencipta. Sekali lagi bahwa para saintis dan teknolog akan tetap menjadi penentu arah peradapan. Ingatlah bahwa tidak diciptakannya jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepada Alloh, bukan untuk membuat kerusakan dan pembinasaan. Harapan kita semoga Alloh memunculkan guru-guru sains ideal yang akan membentuk jiwa-jiwa santis dan teknolog yang cerdas namun penuh rasa cinta terhadap bumi yang mereka tempati, dan peduli terhadap sesama makhluk. Amin....Yaa Robb. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar