Translate

Minggu, 07 Juni 2009

CURAHAN HATIKU

Alhamdulillah wa syukurilah, puji syukur hanya untuk Alloh pemilik segala karunia. terima kasih ya Alloh telah Engkau berikan hamba kesehatan fisik dan rohani sehingga dalam seminggu ini hamba masih bisa beraktifitas meski jadwal agak padat, he....he....kok kayak seleb aja, tapi emang bener lho meski seleb amatiran. Soalnya jum'at 5 Juni kemarin me tayang di JTV ampe dua kali di berita pagi n sore. Meski hanya tiga menit. Tunggu aja berita berikutnya di radar madiun. Capeknya bolak-balik rapat, konsolidasi kegiatan, pertemuan, wira-wiri wah.......akhirnya hilang semua soalnya kegiatannya kelar juga. Cuma photo kegiatannya belum bisa dimuat, masih di bawa mhs. Hai............anak-anak photonya your mother di seleksi ya. Buat trio wek-wek dari radar tayangin photo ibu yang baik-baik ya............Hari selasa tgl 2 juni pembukaan di SMP 3 Kare. Itu yang di syuting. Jum'at ampe Ahad kegiatan di Desa Bodag. Subhanalloh ......tanggapan masy antusias, ramah n positif. Matur suwun pak Lurah Sugito ....lemah teles Jazakumulloh. Suasana desa yang suejuk, suegar tanpa polusi, sunyi, apalagi saat jalan-jalan ke puncak gunung itu. Sik mandek lap top mo dipake kerja my husband. 

Kamis, 02 April 2009

Kamis, 19 Februari 2009

SOSOK GURU YANG SEMPURNA

Nabi Muhammad SAW. adalah panutan terbaik bagi seluruh umatnya, pada diri beliau senantiasa ditemukan tauladan yang baik serta kepribadian mulia. Sifat-sifat yang ada pada diri Rasulullah SAW., yakni siddik, amanah, tabligh dan fathonah. Prilaku Rasululah SAW dalam segala hal adalah prilaku yang dipastikan tidak bertentangan dengan al-Qur’an, tetapi justru prilaku Rasulullah SAW. itulah cerminan isi kandungan al-Qur’an.

Seyogianya, setiap guru (pendidik) dapat tampil seperti apa yang telah diteladankan oleh Rasulullah SAW. Dalam proses pendidikan berarti setiap pendidik harus berusaha menjadi teladan peserta didiknya. Teladan dalam semua kebaikan dan bukan sebaliknya. Meniru sikap Rasulullah SAW. dalam setiap hal merupakan keharusan bagi segenap umatnya, termasuk bagi para pendidik atau guru, jika meniru strategi yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. niscaya akan memperoleh keberhasilan sesuai dengan yang diharapkan. 

Allah SWT. berfirman dalam Q.S. Al-Hasyir ; 7
 
“…Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah…”

Ayat di atas berkenaan dengan pembagian rampasan perang yang langsung dibagi oleh Rasulullah SAW. akan tetapi potongan ayat tersebut tidaklah salah jika dianalogikan dengan hal lain yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Rasulullah SAW. telah meninggalkan banyak hal sebagai contoh baik yang dapat dilaksanakan oleh setiap pendidik. Dan juga firman Allah dalam Q.S. Al-Ahzab; 21

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا(21)

 

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.

 

Pada ayat di atas, Allah SWT. menegaskan kepada manusia bahwa manusia dapat memperoleh teladan yang baik dari Rasulullah SAW. Rasulullah SAW adalah sosok manusia yang kuat imannya, pemberani, penyabar, tabah menghadapi segala macam cobaan, percaya dengan sepenuhnya kepada segala ketentuan-ketentuan Allah SWT. dan iapun memiliki ahklak yang sangat mulia, jika manusia ingin bercita-cita ingin menjadi manusia yang baik, berbahagia hidup di dunia dan di akhirat, tentulah mereka akan mencontoh dan mengikuti Nabi Muhammad SAW. [11] 

Dalam hal pendidikan Rasulullah SAW. telah memberikan banyak pelajaran bagi para pendidik berkenaan dengan metode pendidikan, yang bisa di implementasikan oleh para pendidik di lembaga formal (sekolah) maupun di rumah oleh orang tua yang memberikan pendidikan pada anak-anaknya.

 Seorang pendidik tidak dapat mendidik murid-muridnya dengan sifat utama kecuali apabila ia memiliki sifat utama dan ia tidak dapat memperbaiki mereka kecualai apabila ia shalih, karena murid-murid akan mengambil keteladan darinya lebih banyak dari pada mengambil kata-katanya.[12] (Al-Hamd, 2002 :27)

 Pada hakekatnya di lembaga pendidikan peserta didik haus akan suri tauladan, karena sebagian besar hasil pembentukan kepribadian adalah keteladanan yang diamatinya dari para pendidik. Di rumah, keteladanan akan diperoleh dari kedua orang tua dan dari orang-orang dewasa yang ada dalam keluarga tersebut. Sebagai peserta didik, murid-murid secara pasti meyakinkan semua yang dilihat dan didengarkannya dari cara-cara pendidiknya adalah suatu kebenaran. Oleh sebab itu para pendidik hendaknya menampilkan akhlak karimah sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

 Ibnu Khaldun pernah mengutip amanah Umar bin Utbah yang disampaikan kepada guru yang akan mendidik anak-anaknya sebagai berikut “ sebelum engkau mendidik dan membina anak-anakku, hendaklah engkau terlbih dahulu membentuk dan membina dirimu sendiri, karena anak-anakku tertuju dan tertambat kepamu. Seluruh perbuatanmu itulah baik menurut pendangan mereka. Sedangkan apa yang engkau hentikan dan tinggalkan, itu pulalah yang salah dan buruk di mata mereka” (Ihsan, 2003 :158) 

 Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapati prilaku anak-anak yang meniru prilaku orang lain yang menjadi pujaannya, seperti meniru gaya pakaian, meniru gaya rambut, meniru gaya bicara. Hal serupa juga terjadi di sekitar lembaga-lembaga pendidikan, seorang siswa yang meniru guru yang ia senangi, seperti meniru cara menulis, cara duduk, cara berjalan, cara membaca dan lain sebagainya. Semua ini membuktikan bahwa pada hakekatnya sifat meniru prilaku orang lain merupakan fitrah manusia, terutama anak-anak. Sifat ini akan sangat berbahaya jika peniruan dilakukan juga terhadap prilaku yang tidak baik.

 Ada dua bentuk strategi keteladanan; pertama, yang disengaja dan dipolakan sehingga sasaran dan perubahan prilaku dan pemikiran anak sudah direncanakan dan ditargetkan, yaitu seorang guru sengaja memberikan contoh yang baik kepada muridnya supaya dapat menirunya. Kedua, yang tidak disengaja, dalam hal ini guru tampil sebagai seorang figur yang dapat memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari.(Syahidin, 1999 164)

 Untuk dapat menjadikan “teladan” sebagai salah satu strategi, seorang guru dituntut untuk mahir dibidangnya sekaligus harus mampu tampil sebagai figur yang baik. Bagaimana mungkin seorang guru menggambar bisa mengajarkan cara menggambar yang baik jika ia tidak mengusai tehnik-tehnik menggambar, seorang guru ngaji tidak akan dapat menyuruh siswanya fasih membaca al-Quran jika dirinya tidak menguasai ilmu membaca al-Qur’an dengan baik, guru matematika akan dapat memberi contoh cara menghitung yang baik jiak iapun menguasai cara menghitung dengan baik, jangan harap seorang guru bahasa Indonesia akan dapat mengajar membaca puisi dengan baik jika dirinya saja tidak mahir dalam bidang ini, demikianlah seterusnya dengan disiplin ilmu yang lain.

 Selain mahir dibidangnya, seorang guru tentu saja dituntut untuk menjadi figur yang baik, prilaku seorang guru senantiasa menjadi sorotan masyarakat terutama para muridnya, tidak sedikit murid yang mengagumi gurunya bukan hanya karena kepintaran dibidang ilmunya, tetapi justru karena prilakunya yang baik, bersikap ramah, adil dan jujur kepada murid-muridnya.

 Hal lain yang dapat dilakukan oleh seorang guru agar dapat menjadi teladan yang baik adalah dengan selalu mengadakan muhasabah pada diri sendiri, mengoreksi akan kekurangan-kekurangan diri dan berusaha untuk memperbaikinya karena bagaimana mungkin guru akan menjadi teladan sedangkan dirinya penuh dengan kekurangan, bagaimana mungkin guru dapat menundukan kekurangan-kekurangan itu sedangkan dirinya cenderung kepada akhlak yang tercela, bagaimana mungkin guru dapat menasehati murid-muridnya sedangkan dirinya belum mencerminkan kesempurnaan akhlak.  

Seorang Bijak bersyair tentang pentingnya keteladanan :

 

Wahai orang yang mengajar selainnya !

Mulailah pengajaran itu dari dirimu,

Kau resepkan obat sedangkan kau lebih membutuhkannya,

Kau mengobati orang sakit sedang kau sendiri sakit,

Mulailah dengan dirimu, jauhkan ia dari kesesatannya,

Jika itu sudah dilakukan, berarti kau orang bijak,

Sejak itu akan diterima nasihatmu, jika kau memberi nasihat

Dan ia akan meniru ucapannmu dan menerima pengajaran.



KONSTRIBUSI GURU SAINS IDEAL DALAM UPAYA PENYELAMATAN BUMI

Detik-detik sekarang ini dikenal dengan masa runtuhnya berbagai wacana besar. Modernisme telah menyeret manusia hengkang dari rasa kemanusiaan. Akibatnya adalah berbagai ancaman, yaitu nuklir, AIDS atau kerusakan sistem sosial yang terus berkembang kepada kekacauan sistem. Dan manusia telah membuktikan keberhasilannya menjadi penguasa jaman. Saat ini terus mengalami goncangan hebat dan mengakibatkan efek samping yang mengerikan hingga terjadinya kerusakan lingkungan.

Di tangan Einstein melalui teori relatifitasnya, menjelma sebagai bentuk ideologi besar modernisme. Alam di dalam tafsir ala Descartes merupakan sebuah alam yang ‘lansung jadi’ dan tidak memiliki perubahan. Sistemnya tetap,begitu juga elemen pembentuk alam.

Setelah konsepsi Descartes mempengaruhi segala macam kehidupan, termasuk tatanan sosial di tengan Bacon dan Comte, kemudian alam fikiran modern mengenal seorang Lamarck dan Darwin dengan teori evolusinya di bidang Biologi . Walaupun keduanya sejatinya berbeda dalam memaknai proses evolusi, namun konsep evolusi ini merupakan sebuah revisi terhadap konsep ala Descartes yang menganggap alam sebagai sebuah sistem yang tetap. Ternyata ide Darwin ini kemudian mendapat dukungan dari generasai berikutnya, yang kemudian abad modern mengenal Karl Marx yang dikenal sebagai seorang Darwinian Sosial yang menganggap bahwa preses pergantian sosialpun memerlukan seleksi alam, bahkan dihalalkan adanya konflik untuk keluar sebagai pemenang dalam proses seleksi alam.

Melihat proses kelahiran modernisme di atas, bisa dikatakan peran Sains ( atau lebih tepatnya Natural Science) dalam menentukan arah peradaban cukup besar. Dimana para Saintis yang memiliki kompetensi filosofis tersebut ternyata terbukti bisa menggiring sejarah ummat manusia. Begitu juga peran teknologi, dimana ketika Sains memiliki peran besar dalam proses pembentukan wacana besar yang menjadi fondasi ‘kebenaran’, teknologi sebagai bentuk aplikasi Sains memiliki peran besar dalam realitas sosial. Pendek kata, Sains bisa bermain di ‘langit’ dan teknologi bisa bermain di ‘bumi’.(Arifnur :2007).

Menurut Fritjof Capra penentu arah peradaban sebagai berikut:
Budaya runtuh karena kehilangan fleksibilitas. Pada waktu struktur sosial dan pola perilaku telah menjadi kaku sedangkan masyarakat tidak lagi mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah, peradaban itu tidak akan mampu melanjutkan proses kreatif evolusi budayanya. Dia akan hancur dan secara berangsur mengalami disintegrasi.

 Dari permasalahan diatas terbukti, pengaruh dominan sainstis dan teknologi ternyata masih sangat dominan untuk menentukan masa depan ummat manusia.Lalu seberapa besar konstribusi seorang guru sains ideal dalam permasalan tersebut?
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena kelahiran ilmu yang tidak lepas dari peranan filsafat. Sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Filsafat telah berhasil mengubah pola pemikiran umat manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Perubahan pola pikir tersebut membawa implikasi yang tidak kecil. Alam dengan segala gejalanya, yang selama ini ditakuti kemudian didekati dan bahkan dieksploitasi. Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan teori ilmiah yang menjelaskan perubahan yang terjadi, baik dialam jagad raya (makrokosmos) maupun alam manusia (mikrokosmos).

Pada perkembangan selanjutnya ilmu terbagi dalam beberapa disiplin, yang membutuhkan pendekatan, subyek, tujuan dan ukuran yang berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya. Pada pergilirannya, cabang ilmu semakin subur dengan segala variasinya, namun ilmu yang terspesialisasi itu semakin menambah sekat-sekat antara satu dengan yang lainnya. Tidak hanya sekedar sekat antar disiplin dan arogansi ilmu, tetapi yang terjadi adalah terpisahnya ilmuitu dengan nilai luhur ilmu, yaitu untuk menyejahterakan umat manusia. Bahkan tidak mustahil terjadi ilmu menjadi bencana bagi kehidupan umat manusia, seperti pemanasan global dan dehumanisasi.(Dr.Amsal Bakhtiar).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa satu sisi ilmu berkembang dengan pesat, disisi lain timbul kekhawatiran yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu itu karena tidak seorang pun atau lembaga mana pun yang memiliki otoritas untuk menghambat implikasi negatif dari ilmu. Kemajuan yang dicapai eropa di bidang industri dan ilmu pengetahuan sejak renaisance, menghantarkan masyarakat untuk lebih jauh menolak kekuasaan agama secara total yang mengakibatkan pula kekaguman yang berlebihan kepada otoritas sains yang terlepas dari nilai-nilai spiritual keagamaan, dan yang pada akhirnya mencapai puncaknya pada peristiwa pemboman Hiroshima dan Nagasaki pada waktu perang Dunia II ( Suryaningsih ).

Di Indonesia sendiri pada waktu terakhir ini menunjukkan kejanggalan pada fenomena-fenomena alam dimana ilmu pengetahuan manusia belum mampu untuk menganalisa apalagi mengupas bahkan membedahnya. Diantaranya adalah, keluarnya lumpur panas yang entah sampai kapan akan terhenti dan apa yang akan terjadi selanjutnya jika terhenti, tenggelamnya kapal dan hilangnya pesawat yang tanpa meninggalkan bekas apapun bahkan secuil tulang dari ratusan penumpang yang dibawanya, gelombang tsunami yang datang seketika tanpa terdeteksi dan meluluh lantakkan bumi serambi mekah dan sekitarnya . 

Di lain sisi implementasi dari ilmu-ilmu sains teknologi yang sadis dan terkadang jauh dari norma pun terjadi, penangkapan hiu yang hanya disayat siripnya kemudian dilepaskan lagi, eksploitasi hutan dengan kalap mata , adu binatang dengan membuat pesakitan agar melakukan yang dimaui manusia, pembangunan tanpa batas yang akhirnya menutup daerah-daerah resapan air, dan masih banyak lagi. Akibatnya adalah berbagai bencana menimpa. Longsor yang mengubur segalanya, banjir yang merendam manusia tanpa mengenal batas usia, parahnya lagi hilangnya beberapa spesies yang hanya tinggal cerita.

Realita di atas adalah tantangan bagi seorang guru sains ideal dalam mentransfer ilmu-ilmu sains. Hendaknya dibarengi dengan penanaman akhlak dan moral dalam pentransferan ilmu tersebut. Kurangi kekaguman yang berlebihan pada siswa akan dahsyatnya produk-produk sains dan teknologi yang mana akan menimbulkan ambisi dan keserakahan pada jiwa mereka. Tunjukkan akibat atau sisi negatif yang timbul jika penerapannya tanpa norma, dan kebijakan yang dilandasi religi. Tanamkan pada jiwa mereka bahwa ilmu dunia hanyalah sebagai pembuktian akan keEsaan dan keMaha Kuasaan Tuhan. Dengan harapan mereka kelak dalam penerapannya masih memperhitungkan kaidah norma, peduli dengan sesama, mencintai alam dengan sepenuhnya sebagai bukti kehambaan seorang insan kepada Sang Maha Pencipta. Sekali lagi bahwa para saintis dan teknolog akan tetap menjadi penentu arah peradapan. Ingatlah bahwa tidak diciptakannya jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepada Alloh, bukan untuk membuat kerusakan dan pembinasaan. Harapan kita semoga Alloh memunculkan guru-guru sains ideal yang akan membentuk jiwa-jiwa santis dan teknolog yang cerdas namun penuh rasa cinta terhadap bumi yang mereka tempati, dan peduli terhadap sesama makhluk. Amin....Yaa Robb. 


PROFIL SEORANG GURU IDEAL IBARAT ARTIS IDOLA

Di suatu daerah yang dijadwalkan akan kedatangan sebuah group band terkenal di negeri itu, dapat dipastikan masyarakatnya akan sangat antusias mengadakan penyambutan. Jika yang datang adalah group band idola anak muda maka para remaja dan ABG kota itu sudah kasak kusuk menunggu idolanya. Mereka menunggu dengan penuh kerinduan seolah akan bertemu pujaan hati yang lama dinantikan. Semakin dekat pertemuan makin berdebar, mereka sibuk dengan segala rencana yang akan dilakukan jika bertemu sang pujaan, mulai berjabat tangan, minta foto bersama, tanda tangan sampai dengan peluk cium penuh kecintaan. Mereka rela bersusah payah untuk pertemuan tersebut, loket yang masih tutup terkadang mereka tunggu, antrian panjang dan terik matahari tak dihiraukan bahkan tiket dengan harga selangit dari calo pun diterjang demi kecintaannya pada sang idola. Begitu band pujaan naik panggung, segala rasa tumplek jadi satu, senang, bangga, antusias, berteriak, ikut menyanyi, menari, jingkrak-jingkrak seperti yang dilakukan artis idolanya. Suasana benar – benar menghipnotis, waktu beberapa jam pun tak terasa, dan rasa capek terkalahkan. Jika sudah habis masa pertemuannya mereka begitu kecewa, terharu, berat hati melepas kepergiannya seolah mau ditinggal mati saja.
Itulah gambaran para penggemar terhadap sang artis idola, permasalannya adalah bagaimana jika kondisi seperti itu dapat kita usung dalam dunia pendidikan, dimana guru sebagai sang artis idola dan para siswa adalah penggemarnya. Karena menurut Suryaningsih (2006) pada dasarnya guru adalah sumber daya potensial yang sarat nilai moral dalam melakukan transpormasi ilmu pengetahuan kepada murid – muridnya. Dalam angkatan bersenjata faktor ini disebut “ the man behind the gun.”. Orang – orang militer berpendapat bahwa bukan senjata yag memenangkan perang, tetapi serdadu yang memegang senjata itu. Serdadu tidak akan memenangkan suatu pertempuran apabila tidak menguasai strategi perang.

 Guru dituntut memiliki kualitas ketika menyajikan bahan pengajaran kepada subyek didik. Kualitas seorang guru itu dapat diukur dari moralitas, bijaksana, sabar dan menguasai bahan pelajaran ketika beradaptasi dengan subyek didik. Sejumlah faktor itu membuat dirinya mampu menghadapi masalah-masalah sulit, tidak mudah putus asa, frustasi, depresi atau stress secara positif atau konstruktif, dan tidak destruktif.

 Ukuran ideal seorang guru tergantung pada kemampuan dan pengalaman intelektualitasnya. Guru harus memiliki “ skill labour ” yaitu tenaga terdidik atau terlatih dengan kebiasaan-kebiasaan baik, sehingga mampu menyesuaikan diri dengan subyek didik. Guru merupakan figur dalam penyuksesan pendidikan bagi anak didik. Tidak cukup hanya itu saja, bahkan guru dituntut harus memiliki akhlak yang baik. .(Ana Poejiati : 1987)

 Muhammad ‘ Abd al – Qadir Ahmad menuturkan “ Banyak siswa yang membenci suatu ilmu atau materi pelajaran karena watak guru yang keras, akhlaq guru yang kasar dan cara mengajar yang sulit. Di pihak lain banyak pula siswa yang menyukai dan tertarik untuk mempelajari suatu ilmu atau suatu materi pelajaran, karena cara perlakuan yang baik, kelembutan dan keteladanan yang indah. Menurut Edy Siswanto ( 2003 ) bahwasannya guru bukan majikan tetapi guru adalah pelayan siswa. Jika kita para guru mendapatkan amanat dari siswa maka kita harus berusaha melayani dengan baik, berusaha menyenangkan, bukan malah minta diperhatikan apalagi mempersulit siswa. 

Sosok seorang guru ideal ibarat artis idola yang kedatangannya selalu dirindukan, siswa akan berusaha bahkan rela bersusah payah demi keinginan bertemu dengan guru idolanya. Jadwal pertemuannya masih hari esoknya namun sekarang mereka sudah menyiapkan dan memimpikan kehadirannya. Mereka juga berharap saat pertemuannya guru akan memberikan suatu kesan dan pengalaman bermakna dalam kehidupan mereka melalui kegiatan pembelajaran yang diberikan. Karena menurut Ausubel (1968)“The most important single faktor influencing learning is what the learner alredy knows. Ascertain this and teach him accordingly“. Jadi, agar terjadi belajar bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Dalam hal ini guru dituntut kreatif mencari ide untuk mengaitkan informasi baru yang akan disampaikan dengan konsep yang telah dimiliki siswa secara menarik, menyenangkan bahkan kalau bisa membuat penasaran dan menantang. Sehingga waktu kegiatan pembelajaran mereka sangat tidak berasa bahkan kurang, karena keprofesionalan sang guru mengelola dengan menyajikan berbagai macam metode yang menarik, jika bel tanda akhir pertemuan berbunyi mereka akan mengeluh atau mengerutu karena pertemuannya dengan sang idola belum terpuaskan. Bahkan mereka pun akan berusaha menemui diluar jatah atau jam pelajarannnya, sekedar untuk curhat, menanyakan beberapa hal, atau sekedar cerita-cerita yang membuat mereka dan gurunya tertawa-tawa. Banyak pengalaman yang penulis rasakan dalam perjalanan menjadi guru. Mulai anak yang punya jadwal membolos karena begitu anti patinya pada gurunya, sampai dengan anak yang setiap istirahat berkumpul patungan untuk membelikan jajan, atau merengek ibunya minta bekal yang unik agar gurunya tidak ke ruang guru tetapi berada di kelasnya makan bersama mereka, bercengkerama, bercanda sampai tertawa-tawa dan merajuk, karena guru itu terbiasa melakukan hal tersebut.

Dalam UU no 14/2005 mengenai 4 syarat kompetensi guru, serta rumusan dari komisi khusus ditjend Dikti tentang sosok utuh guru profesional. Di sana tertera yakni guru profesional itu: (1) memahami peserta didik, (2) memiliki kemampuan pembelajaran yang mendidik, (3) menguasai bidang studi, dan (4) mampu mengembangkan kemampuan profesionalnya secara berkelanjutan. Persoalannya adalah sudahkan kita memilikihal-hal tersebut? Maka menjadi PR kita bersama bahwa menjadi guru adalah adanya kewajiban untuk selalu meningkatkan mutu diri kita secara berkelanjutan menuju pada sosok guru yang diidealkan oleh semua pihak: siswa, teman sesama, orang tua siswa, masyarakat, dan pemerintah. (Arif .KP.: 2006)
Guru merupakan profesi, yaitu pekerjaan yang menuntut keahlian. Artinya, pekerjaan sebagai guru tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan. Kegiatan pendidikan dan pembelajaran di sekolah terhadap peserta didik tidak bisa dilakukan sembarang orang, karena untuk melakukan tersebut dituntut keahlian atau kompetensi sebagai guru.
Sebagai profesi, guru harus dapat merebut kepercayaan publik melalui peningkatan kualitas guru dan pelayanan pendidikan dan pembelajaran. Kepercayaan menjadi faktor kunci dalam mengokohkan identitas guru. Seiring dengan upaya tersebut, sebagai profesi guru harus selalu melakukan profesionalisasi yaitu meningkatkan dirinya dan pelayanannya sesuai dengan tuntutan zaman.(Mungin Eddy.W : 2005)

Sungguh akan luar biasa sistem pendidikan di negeri ini, jika hal hal tersebut diatas benar-benar dapat diaktualisasikan . Sudah dapat dipastikan akan tercetak generasi-generasi kebanggaan penuh harapan. Betapa nikmat dan berharganya profil seorang guru ideal, hidup kan sangat berarti, hari-hari khan dipenuhi rasa ingin segera bertemu siswanya untuk mentransfer ilmu yang bermanfaat sebanyak banyaknya, saat kematian akan tersenyum sungging penuh keikhlasan, dan di alam barzah akan terasa sejuk semilir angin spoi manakala ilmu yang bermanfaat di terapkan oleh generasinya bahkan do’a dari siswa selalu terkirim setiap saat karena mereka teringat gurunya setiap kali menerapkan ilmunya. Mungkinkah hal itu terjadi ? Wallohu a’lam bissawab.



KONSTRIBUSI SEORANG GURU SAINS DALAM MENCETAK SEORANG SAINTIS.

Pada tahun 1896 Becquerel menemukan radiasi yang sifatnya sama dengan sinar-X dan dipancarkan dari senyawa uranium dan selanjutnya diketahui bahwa radiasi tersebut terdiri dari sinar alpha, beta dan gamma. Pada tahun 1901, Becquerel membawa Radium dari London ke Paris dan mendapatkan bahwa dirinya terkena radiasi pada kulit di bagian dadanya. Ini diketahui sebagai kasus pertama kerusakan kulit yang disebabkan oleh Radium.

Pada tahun 1945 teori relatifitas Einstein menuai produk, yaitu peledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Antara 100.000 hingga 200.000 orang tewas seketika dan puluhan ribu lainnya tewas akibat leukemia, kanker, muntah-muntah, dan diare yang diakbatkan oleh radiasi bahan radioaktif. Radiasi ini juga dapat menyebabkan katarak, kebotakan, dan kemandulan. Karena dalam satu ledakan bom nuklir, jumlah energi yang besar terlepas dalam beberapa bentuk, yaitu 40 - 60 persen menjadi ledakan, 30 - 50 persen menjadi radiasi panas, 50 persen menjadi radiasi ionisasi, dan 5 - 10 persen menjadi debu radioaktif sisa. Energi awal sebuah ledakan nuklir dilepaskan dalam bentuk radiasi sinar gamma dan partikel neutron. Radiasi ini diserap material di sekeliling bom hingga memanaskan material-material tersebut dan membakarnya untuk membentuk bola api rakasasa dalam waktu sepersejuta detik. Oleh karena suhu yang sangat tinggi (hingga 300 juta derajat Celsius), semua material di dalam bola api akan berubah wujud menjadi gas dan menciptakan suatu perbedaan tekanan yang tinggi yang pada akhirnya membentuk gelombang kejut yang dapat menjalar hingga belasan kilometer dan menghancurkan apapun yang dilewatinya. Di Hiroshima jalaran panas berlangsung selama 20 menit dan menghancurkan gedung serta rumah-rumah yang dilewatinya. Radiasi sinar gamma yang dihasilkan dari sebuah ledakan nuklir dapat menumbuk partikel atmosfer sehingga menciptakan elektron berenergi tinggi. 

Masalah lain yang sampai saat ini masih berlangsung adalah efek yang ditimbulkan berkenaan dengan tanaman transgenic. Transgenik atau tanaman hasil rekayasa genetika, akan menimbulkan berbagai hal, salah satunya adalah munculnya efek samping yang tidak bisa diprediksi terhadap kesehatan dan lingkungan Dimana efek dari penggunaan tanaman ini apabila dikonsumsi, bisa mengakibatkan alergi atau keracunan. Contohnya gen mitionin dari brazil nut yang dimasukkan ke dalam gen kedelai, bisa mengakibatkan alergi, dampak lain dari tanaman transgenic adalah hama baru yang resistan. Kasus yang terjadi tahun 1989 itu menyebabkan 37 orang meninggal dan sekitar 1500 menderita cacat akibat mengonsumsi L-Tripotan, sebuah makanan kesehatan yang mengandung bahan transgenik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh YLKI dalam kurun waktu 14 November hingga 24 Desember 2001, menyebutkan ada lima merek susu formula, tiga merek kecap, tiga merek kentang, tiga merek jagung dan tiga merek mie instan mengandung bahan hasil olahan tanaman transgenik. Itu pun masih terbatas pada produk yang diteliti YLKI. Penelitian masih terus berlanjut dan kemungkinan jumlah itu terus meningkat. Sementara keamanan produk transgenik masih belum bisa dipastikan. Berbagai hal diatas adalah hasil dari penerapan ilmu sains dengan berbagai cabang ilmunya.

Guru sains sangat berperanan dan mempunyai konstribusi yang tidak sedikit dalam berbagai efek samping yang ditimbulkan sebagai bentuk implementasi dari ilmu yang telah ditransferkan pada peserta didiknya. Karena hampir semua saintis dunia adalah sebagai hasil cetakan atau produk pengajaran dari guru sains mereka. Oleh karena itu seorang guru sains saat menyampaikan berbagai keunggulan, kemajuan dan produk sains dalam perkembangan ilmu pengetahuan dunia, yang akan menyebabkan para siswanya berdecak kagum, penasaran dan sangat ingin mencoba, selayaknya pula guru menyampaikan berbagai hal. Pertama efek samping yang ditimbulkan terhadap kehidupan sekitar. Kedua menyadarkan bahwa setinggi apapun keungulan sains, itu belum seberapa dibandingkan dengan rahasia alam yang belum tersingkap, apalagi yang Maha memiliki rahasia dunia yaitu Sang Maha Pencipta, Alloh swt. Jadi yang terjadi manakala siswa melihat atau menemukan suatu kehebatan sains maka yang ada adalah ketakjupan pada pemiliknya Alloh azawazala. Yang akan membuatnya semakin tunduk dan mengakui akan kekerdilan dirinya, jika suatu saat mereka sebagai penerap ilmu sains mereka akan lebih bijak, setidaknya memperhatikan kehidupan di sekelilingnya. 


Rabu, 18 Februari 2009

BIAS GENDER ….DARI SUDUT PANDANG SAINS

Kadang-kadang hal di depan mata bisa terlewatkan begitu saja. Bagi sebagian orang, perbedaan kecenderungan antara laki-laki dan perempuan merupakan sesuatu yang tak dapat diterima. Meski perbedaan itu adalah gejala universal, mereka tetap teguh mengganggap hal tersebut sebagai akibat konstruksi sosial yang dibangun dengan sewenang-wenang.

Bagi para ilmuwan, klaim tentang adanya konstruksi sosial gender adalah hal yang aneh. Laki-laki dan perempuan jelas berbeda. Bukan karena konstruksi sosial, melainkan karena secara biologis memang berbeda sehingga kecenderungan psikologis antar keduanya otomatis juga berlainan. Fenomena itu terwujud nyata di berbagai kebudayaan, kelas, etnis, agama, baik di masa kini maupun di masa lampau.

Penjelasan ilmiah semacam itu sayangnya sering dinilai tidak relevan. Para penentang justru gencar mengkritik institusi sains yang dianggap sama tak beresnya dengan institusi lain yang meminggirkan perempuan, khususnya sejak dekade 1990-an.

Helena Cronin, filsuf ilmu alam dan salah seorang direktur di Centre for Philosophy of the Natural and Social Science, menganggap pengabaian tersebut adalah tindakan keliru. Dalam esai Darwinian Insights into Sex and Gender, dia mengatakan bahwa pemahaman ilmiah justru sangat berguna dalam membantu kita bagaimana seharusnya memandang persoalan kesenjangan gender.


GURU…..BUKAN SEKEDAR TUKANG TRANSFER ILMU

Maraknya segala bentuk kekerasan akhir-akhir ini semakin membuat hati miris. Himpitan ekonomi dan krisis global berdampak pada semua tatanan aspek kehidupan. Yang akhirnya memunculkan segala bentuk tindakan yang mengesamping kan toleransi dan rasa kebersamaan. Informasi sekarang sudah tidak terbatas, siapa saja bisa menyimak melalui layar televisi, koran serta media lainnya berbagai peristiwa dan berita, termasuk berita negatif tentang korupsi, kemiskinan dan sebagainya. Tawuran di berbagai kalangan, antar mahasiswa, pelajar SMA bahkan siswa SMP pun kian parah. Demo masyarakat yang brutal sampai pada penjarahan tanpa norma. Korban yang tidak seharusnya pun terjadi. Kesemuanya merupakan cermin bahwa semakin minimnya sosok panutan yang bisa menjadi teladan masyarakat khususnya generasi muda di tanah air.

Tidak ada figur yang dapat disegani, dicontoh, dikagumi, bahkan dijadikan inspirasi. Yang terjadi justru sebaliknya, masyarakat setiap hari disuguhi berita-berita yang membuat masyarakat gamang karena para petinggi yang harusnya bisa menjadi teladan malah berbuat sebaliknya. Demikian juga peran orang tua dan keluarga dalam pendidikan moral dan agama sudah luntur karena kesibukan orang tua mencari nafkah sehingga perhatian terhadap anak semakin berkurang bahkan tidak peduli. Sementara pendidikan di sekolah saat ini tidak memberikan layanan memadai bagi peserta didik untuk mendapatkan pemahaman tentang moral, budi pekerti, akhlak dan nilai-nilai agama. Sekolah cenderung menomor satukan kecanggihan fasilitas sebagai cap stempel sebagai sekolah favorit.

Oleh karena itu sudah saatnya peran guru yang berubah. Dari sekedar tukang transfer ilmu menjadi sosok yang setingkat lebih tinggi, yaitu sebagai pendidik. Jika guru hanya sebagai pengajar, yang bertugas mengajarkan suatu ilmu pada siswanya target mereka adalah nilai yang berupa angka-angka. Saat mereka mengajar pun dapat mengabaikan hal-hal lain, perhatian, kepedulian, sentuhan hati dan kasih sayang. Maka tidak dapat dielakkan jika terjadi hal-hal yang menyimpang dari seorang guru, seperti sikap tidak peduli, kekerasan, bahkan pelecehan seksual . Anak-anak pada usia wajib belajar yakni SD dan SMP merupakan masa di mana anak sedang mencari identitas diri, jiwanyapun masih labil. Selayaknya saat mendidik mereka diselipkan materi akhlak, moral, etika, dan sopan santun pada setiap tatap muka dengan gurunya pada semua bidang ilmu, bukan hanya pada bidang studi agama saja. Dalam Undang-undang no 14 pasal 10 seorang guru dituntut mempunyai 4 kompetensi, diantaranya kompetensi kepribadian dan sosial. Kemampuan kepribadian adalah kepribadian guru yang mantap, berakhlak mulia, berwibawa, dan menjadi teladan bagi peserta didiknya. Kompetensi sosial ialah kemampuan seorang guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, guru, orang tua, dan masyarakat sekitar. Jika seorang guru telah mempunyai kompetensi tersebut maka diharapkan guru akan mampu mencetak generasi yang santun, berilmu, bersosial dan berakhlak mulia. 

Maka saatnya guru untuk luruskan niat, perbesar ikhtiar dan tingkatkan tawakal karena guru terlibat langsung dalam proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Namun, upaya mendewasakan manusia yang mencakup akhlak (moral) dan kecerdasan pikiran tidak melulu dilakukan di dalam ruang kelas. Ini berarti bahwa guru tetap bertanggung jawab menjalankan perannya walaupun di luar jam mengajarnya, meski tidak secara langsung. Guru selalu mengecek kondisi dan keberadaan siswanya kapan saja dan dimana saja, layaknya orang tua yang selalu ingin tahu keadaan anaknya. Sekali lagi, karena guru bukan sekadar pengalih ilmu.

Semoga semua guru sadar akan peran dan fungsinya, sehingga akan menghasilkan generasi yang sadar dalam segala hal. Sadar akan keterbatasan sebagai seorang hamba Alloh, sadar bahwa hidup itu tidak sendiri dan harus berbagi yang mana adalakanya harus mengalah pada orang lain, sadar bahwa suatu saat membutuhkan dan dibutuhkan orang lain, sadar bahwa kehidupan itu kondisinya bisa berubah-ubah seperti bentukan awan di langit yang selalu berubah tergantung pada yang Maha Memberi cuaca. Alangkah indahnya negeri ini bila itu terjadi, dan mungkinkah itu terjadi, InsyaAlloh.



GURU …..LUKISLAH SEBUAH CITA YANG LUHUR

Semenjak negara Indonesia berdiri, founding fathers bangsa ini sudah menanamkan semangat dan tekad untuk memperjuangkan keadilan bagi seluruh warga negara, termasuk di dalamnya untuk memperoleh hak pendidikan yang layak dan mumpuni. Cita-cita luhur tersebut kemudian dituangkan ke dalam rumusan mukadimah UUD 1945 sebagai salah satu tujuan didirikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia (het doel van de staat), yaitu untuk “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Wahyu pertama yang turun kepada yang mulia Rosululloh pun memerintahkan untuk membaca ( Iqro’ ).

Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan pun dan di manapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing serta memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik. Namun Krisis multidimensional yang melanda Indonesia telah membuka mata kita terhadap mutu Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia, dan secara tidak langsung juga merujuk pada mutu pendidikan yang menghasilkan SDM itu sendiri. Meskipun sudah merdeka lebih dari setengah abad, akan tetapi mutu pendidikan Indonesia dapat dikatakan masih sangat rendah dan memprihatinkan.Profesor Toshiko Kinosita, Guru Besar Universitas Waseda Jepang, mengemukakan bahwa sumber daya manusia Indonesia masih sangat lemah untuk mendukung perkembangan industri dan ekonomi. , Menurut IMD (2000), dalam hal daya saing, Indonesia menduduki peringkat ke-45 dari 47 negara. Terkait masalah produktivitas, terungkap bahwa produktivitas SDM Indonesia sangatlah rendah, hal tersebut setidaknya dikarenakan kurangnya kepercayaan diri, kurang kompetitif, kurang kreatif, dan sulit berprakarsa sendiri (selfstarter). Itu semua disebabkan oleh sistem pendidikan yang top down dan tidak mengembangkan inovasi dan kreativitas (N. Idrus - CITD 1999).

Oleh sebab itu betapa sangat penting dan sangat dibutuhkannya tenaga-tenaga guru yang profesional, cerdas, inovatif dan mumpuni. Karena di tangan merekalah akan tercetak produk SDM yang akan melanjutkan keeksistensian negeri gemah ripah loh jinawi ini. Meskipun tidak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang sempurna tapi setidaknya kekurangan itu bisa ditekan seminimal mungkin. 

Namun menurut Profesor Toshiko Kinosita, masyarakat Indonesia, mulai dari yang awam hingga politisi dan pejabat pemerintah, hanya berorientasi mengejar materi untuk memperkaya diri sendiri dan tidak pernah berfikir panjang dan jauh ke depan. Bagaimana personal yang berkompeten dalam bidangnya itu memikirkan jauh ke depan bilamana perekrutannya juga melenceng. Meskipun sudah berkurang tapi tidak berati hilang musnah. Secara logika seorang guru yang berangkat bekerja sudah bermodal uang, padahal uang itu belum tentu punya, maka diapun akan menjual atau menggadaikan apa yang dia punya. Bahkan bisa jadi mereka akan berhutang dulu. Lalu kapan dia akan membayar, atau mengambil barang gadainya, nanti kalau SK sudah turun. Jadi kembali ke jaman kolonial PNS pun bisa dibuat sistem ijon. Bedanya penjajahnya adalah teman, kerabat bahkan saudaranya sendiri. Bagaimana pula sang guru dalam bekerja, jangankan berpikir bagaimana membuat inovasi yang baik, menyampaikan teori yang mudah diterima tapi menyenangkan, babar blas. Dia akan selalu berpikir bagaimana cara cepat menarik sawah ladangnya yang tergadai dan mengembalikan uang pinjaman. Siapa korbannya.....jelas, aset bangsa yang tak terhingga, para siswa. Lalu siapa yang salah dalam hal ini. Anak kecil pun tahu, yang salah yang di dalam penjara. Karena ini suatu sistem lingkaran setan yang tidak berujung. Karena setan tidak pernah mati, bahkan dia dengan sangat mudah merekrut bala dan membentuk koloni yang kian meraksasa. Semoga kita termasuk para guru yang selalu ingat, bahwa tidak selembar pun daun yang jatuh tanpa sepengetahuan Alloh. Dan semoga Alloh mengampuni dosa serta meninggikan derajat para guru yang masih hanif, mengabdi demi mencapai ridloNya. Lihatlah mata polos siswa kita, yang berharap kita melukiskan sebuah harapan. Lukislah cita pada mereka meski sederhana tapi luhur. Salam hormat dan takjim pada para guru sepuh yang mumpuni. Sukses buat rekan guru yang muda, cerdas dan berpotensi.