Translate

Rabu, 18 Februari 2009

GURU…..BUKAN SEKEDAR TUKANG TRANSFER ILMU

Maraknya segala bentuk kekerasan akhir-akhir ini semakin membuat hati miris. Himpitan ekonomi dan krisis global berdampak pada semua tatanan aspek kehidupan. Yang akhirnya memunculkan segala bentuk tindakan yang mengesamping kan toleransi dan rasa kebersamaan. Informasi sekarang sudah tidak terbatas, siapa saja bisa menyimak melalui layar televisi, koran serta media lainnya berbagai peristiwa dan berita, termasuk berita negatif tentang korupsi, kemiskinan dan sebagainya. Tawuran di berbagai kalangan, antar mahasiswa, pelajar SMA bahkan siswa SMP pun kian parah. Demo masyarakat yang brutal sampai pada penjarahan tanpa norma. Korban yang tidak seharusnya pun terjadi. Kesemuanya merupakan cermin bahwa semakin minimnya sosok panutan yang bisa menjadi teladan masyarakat khususnya generasi muda di tanah air.

Tidak ada figur yang dapat disegani, dicontoh, dikagumi, bahkan dijadikan inspirasi. Yang terjadi justru sebaliknya, masyarakat setiap hari disuguhi berita-berita yang membuat masyarakat gamang karena para petinggi yang harusnya bisa menjadi teladan malah berbuat sebaliknya. Demikian juga peran orang tua dan keluarga dalam pendidikan moral dan agama sudah luntur karena kesibukan orang tua mencari nafkah sehingga perhatian terhadap anak semakin berkurang bahkan tidak peduli. Sementara pendidikan di sekolah saat ini tidak memberikan layanan memadai bagi peserta didik untuk mendapatkan pemahaman tentang moral, budi pekerti, akhlak dan nilai-nilai agama. Sekolah cenderung menomor satukan kecanggihan fasilitas sebagai cap stempel sebagai sekolah favorit.

Oleh karena itu sudah saatnya peran guru yang berubah. Dari sekedar tukang transfer ilmu menjadi sosok yang setingkat lebih tinggi, yaitu sebagai pendidik. Jika guru hanya sebagai pengajar, yang bertugas mengajarkan suatu ilmu pada siswanya target mereka adalah nilai yang berupa angka-angka. Saat mereka mengajar pun dapat mengabaikan hal-hal lain, perhatian, kepedulian, sentuhan hati dan kasih sayang. Maka tidak dapat dielakkan jika terjadi hal-hal yang menyimpang dari seorang guru, seperti sikap tidak peduli, kekerasan, bahkan pelecehan seksual . Anak-anak pada usia wajib belajar yakni SD dan SMP merupakan masa di mana anak sedang mencari identitas diri, jiwanyapun masih labil. Selayaknya saat mendidik mereka diselipkan materi akhlak, moral, etika, dan sopan santun pada setiap tatap muka dengan gurunya pada semua bidang ilmu, bukan hanya pada bidang studi agama saja. Dalam Undang-undang no 14 pasal 10 seorang guru dituntut mempunyai 4 kompetensi, diantaranya kompetensi kepribadian dan sosial. Kemampuan kepribadian adalah kepribadian guru yang mantap, berakhlak mulia, berwibawa, dan menjadi teladan bagi peserta didiknya. Kompetensi sosial ialah kemampuan seorang guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, guru, orang tua, dan masyarakat sekitar. Jika seorang guru telah mempunyai kompetensi tersebut maka diharapkan guru akan mampu mencetak generasi yang santun, berilmu, bersosial dan berakhlak mulia. 

Maka saatnya guru untuk luruskan niat, perbesar ikhtiar dan tingkatkan tawakal karena guru terlibat langsung dalam proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Namun, upaya mendewasakan manusia yang mencakup akhlak (moral) dan kecerdasan pikiran tidak melulu dilakukan di dalam ruang kelas. Ini berarti bahwa guru tetap bertanggung jawab menjalankan perannya walaupun di luar jam mengajarnya, meski tidak secara langsung. Guru selalu mengecek kondisi dan keberadaan siswanya kapan saja dan dimana saja, layaknya orang tua yang selalu ingin tahu keadaan anaknya. Sekali lagi, karena guru bukan sekadar pengalih ilmu.

Semoga semua guru sadar akan peran dan fungsinya, sehingga akan menghasilkan generasi yang sadar dalam segala hal. Sadar akan keterbatasan sebagai seorang hamba Alloh, sadar bahwa hidup itu tidak sendiri dan harus berbagi yang mana adalakanya harus mengalah pada orang lain, sadar bahwa suatu saat membutuhkan dan dibutuhkan orang lain, sadar bahwa kehidupan itu kondisinya bisa berubah-ubah seperti bentukan awan di langit yang selalu berubah tergantung pada yang Maha Memberi cuaca. Alangkah indahnya negeri ini bila itu terjadi, dan mungkinkah itu terjadi, InsyaAlloh.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar